SUMENEP – Mangkraknya tiga
mega proyek miliaran rupiah dilingkungan Kabupaten Sumenep terus mendapat
sorotan tajam dari berbagai kalangan, termasuk dari Wakil Ketua Komisi B DPRD
Sumenep Juhari. Dirinya mengahimbau agar Hery Koentjoro selaku orang yang
mengetahui realisasi proyek itu, harus tetap proakstif menangani persoalan tersebut.
”Itu harus dilakukan,
sehingga keberadaan proyek itu segera bisa dinikmati oleh masyarakat,” katanya
Tiga proyek rersebut yakni,
proyek klaster rumput laut di Desa/Kecamatan Batuan. Hingga kini, gedung yang
ditunggutunggu oleh sejumlah petani rumput laut tak terpakai. Padahal, gudang
itu dibangun dengan biaya sekitar Rp 10 miliar oleh pemerintah Provinsi Jawa
Timur 2008 itu, hingga saat ini fungsinya belum dirasakan manfaatnya. Banyak
pihak menilai proyek itu salah sasaran lantaran lokasinya di tengah kota.
Kondisi yang sama terjadi
pada proyek silo jagung di Kecamatan Bluto dan gudang beras di Kecamatan
Ganding. Kedua proyek yang kontraknya selama tiga bulan pada 2009 itu merupakan
program percontohan BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi)
yang salah satu unit eselon I di bawah Departemen Perdagangan (sekarang
kementerian).
Pembangunan kedua gedung itu
senilai Rp 4.361.000.000 dari nilai plafon Rp 5.123.000.000 yang dananya dari
dana stimulus APBN pada tahun 2009. Untuk pembangunan silo jagung senilai Rp
1.983.000.000 dan gudang beras senilai Rp 2.378.000.000. Sampai saat ini,
proyek silo jagung dan gudang beras itu tak bermanfaat bagi warga sekitar.
Praktis, hanya menjadi bangunan mati, hanya saja pada waktu pelaksanaan pemilu
tahun 2014 kemarin, sebagian gedung gudang beras itu difungsikan sebagai kantor
pengawas pemilu kecamatan setempat.
”Jadi, kalau tidak segera
dimanfaatkan, kan mubadzir,” terang Politisi PPP itu.
Pada saat pembanguan tiga
mega proyek tersebut, pemangku jabatan tertinggi dilingkungan satker terkait,
yakni Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumenep dan Dinas Perdagangan
(Disperindag) masih di pangku oleh Heri Koentjoro yang saat ini Hery Koentjoro sudah
beralih menjadi Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sumenep, setelah menjabat sebagai
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Sedangkan, Kepala Dinas
Kelautan dan Perikana (DKP), saat ini sudah dijabat oleh Moh. Jakfar. Sementara
Kepala Dinas Perdagangan (Disperindag) tampuk kekuasaan dijabat oleh Syaiful
Bahri yang sebelumnya menjabat sebagai Kabag Perekonomian Setkab Sumenep dan
kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) setempat.
”Walaupun sudah ada
pergantian, namun orang pertama kali itu yang lebih tahu, dan itu yang harus
bertanggungjawab sepenuhnya,” tukas Juhari.
Sementara Kepala Dinas Sosial
(Dinsos) Hery Koentjoro mengatakan, walaupun dirinya sudah tidak lagi menjabat
di dua instansi itu, namun rasa tanggungjawab masih terus ada.
Bahkan, saat ini dirinya
selalu melakukan koordinasi dengan pejabat di dua SKPD tersebut. ”Komonikasi
tetap inten kami lakukan, bahkan kemarin kami menanyakan lagi terkait
pekembangan ketia proyek itu,” katanya
Menurut Hery, belum
dioperasikan tiga mega proyek itu, disebabkan karena masih belum ada
serahterima dari pemerintah pusat. ”Kalau yang kalster rumput laut itu, sudah
ada pelimpahan tahun lalu. Namun, saat ini masih mencari investor yang siap
untuk mengelola,” terangnya
Bahkan, semasa dirinya
menjabat sebagai kepala dinas di dua SKPD itu, dirinya sudah melayangkan surat
permohonan pelimpahan. ”Dulu kami sudah mengirimkan surat beberapa kali, namun
masih belum ada tanggapan,” katanya.
Bahkan, lanjut Hery, saat
dirinya berupaya untuk menmui pejabat yang menangani, pejabat yang menangani
terkesan merecohkan upaya tersebut. ”Saat kami bertemu dulu, pejabat itu
mengatakan jika dirinya tiak hanya mengurusi di satu daerah saja, melainkan
mengurusi semua daerah yang ada di Indonesia. Jadi, tunggu saja nanti,” pungkas
Hery. (88)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar