SUMENEP – Hingga memasuki akhir musim kemarau, harga garam petani di Kabupaten Sumenep tidak kunjung membaik. Kondidi itu membuat petani garam mengaku sudah muak dengan permainan harga garam yang mencekik leher.
Informasinya, harga di pasar masih di bawah cenderung stagnan. Untuk kualitas 1 (KW-1) harga yang dipatok Rp 550 ribu. Sementara untuk kualitas 2 (KW-2) harganya berkisar di bawah angka Rp 500 ribu.
Harga itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga ketentuan pemerintah. Sebagiamana diatur dalam Peraturan Dirjen Perdagangan Luar Negeri nomor 2 2011 jauh lebih tinggu yakni Rp 750 ribu untuk KW-1 dan Rp 550 rubu untuk KW-2.
Patokan harga yang diberikan oleh pedagang dianggap tidak melanggar ketentuan pemerintah. ”Jelas harga yang dipatok perusahaan sudah tidak mengindahkan peraturan itu,” tegas Hasan Basri, Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), kemarin.
Dikatakan, kondisi seperti itu terus dialami oleh petani garam setiap tahun. Bahkan upaya untuk menaikkan harga garam sudah pernah dilakukan. Dirinya, pernah meminta pemerintah pusat untuk menginformasikan kondisi di bawah.
Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. Bahkan, karena tidak kunjung ditanggapi petani kapok menggelar kasi seperti yang pernah dilakukan. ”Kami sudah pernah mendatangi pemerintah pusat. Tapi, ternyata hingga saat ini, sama sekali tidak ada respon seperti yang diharapkan petani garam,” katanya.
Menurutnya, petani garam di Madura seperti sapi perah. Karena hanya dikondisikan untuk terus menyuplai kebutuhan garam Nasional. Sementara kesejahteraan petani garam tidak diperhatikan. Kondisi seperti itu dianggap tidak adil bagi para petani.
Lebih lanjut pria asal Desa Karang Anyar, Kecamatan Kalianget, itu memaparkan bahwa tidak ada sanksi apa pun yang diberikan pemerintah bagi perusahaan yang tidak mengindahkan peraturan yang dikeluarkan. Padahal sanksi itu diyakini dapat menekan perusahaan untuk membeli garam petani dengan harga yang sudah ditentukan.
Sementara itu Kepala Dinas perindustrian dan perdagangan (Disperindag) Saiful Bahri mengatakan, tidak bisa berbuat banyak terhadap harga garam. Sebab, hal itu merupakan kewenangan pengusaha. ”Saya cuma bisa menghimbau agar garam Sumenep dibeli dengan harga tinggi.
Saiful mengatakan, harga garam sangat dipengaruhi oleh kwalitasnya. Sementara penilaian pengusaha kwalitas garam di Kabupaten Sumenep tidak sampai pada kwalitas 1 (KW-1). Sehingga garam milik petani masih dihargai dengan harga rendah.
Dikatakan, untuk meningkatkan kualitas garam dirinya telah melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan memberi bantuan geo membran terhadap 93 kelompok tani. Dengan bantuan itu dia berharap kualitas garam seamki baik. (S/88)
Sabtu, 15 November 2014
Harga Garam Tak Kunjung Membaik
Bupati Sumenep Kembali Terima Pataka
Madura Online |
SUMENEP – Arya Wiraraja, orang pertama yang
menjabat sebagai adipati di Kadipaten Sumenep, yakni pada Tahun 1269, menyerahkan pataka kepemimpinannya pada Bupati
Sumenep, A Busyro Karim, Minggu (02/11/2014).
Penyerahan Pataka (lambang keraton) oleh Arya
Wiraraja kepada Bupati Sumenep, dimaksudkan agar Bupati Sumenep sekarang bisa
melanjutkan cita-cita kepemimpinan beliau pada zaman dulu. Bupati Sumenep
sekarang ditekankan agar lebih dekat masyarakat kecil, dan memperhatikan
persoalan ekonomi, yang melanda masyarakat Sumenep saat ini.
Prosesi serah terima pataka dari Adipati pertama ke Bupati
Sumenep sekarang, dilakukan di depan Masjid Agung atau Masjid Jamik Keraton
Sumenep, yang sudah disulap menjadi kraton tempo dulu. Serah terima petaka
kepemimpinan tersebut digelar dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten
Sumenep ke 745.
Dalam acara serah terima pataka kepemimpinan itu,
melibatkan ratusan penari, serta berbagai kesenian tradisional yang ada di
Kabupaten Sumenep, untuk menyambut kedatangan Adipati pertama, yang menjabat
pada Tahun 1269. Arya Wiraraja dilantik sebagai adipati Sumenep oleh Prabu
Kertanegara, saat usianya masih 37 tahun, kehadiran Arya Wiraraja ke Sumenep langsung
disambut putri-putri Sumenep, dengan taburan beras kuning sebagai lambang tolak
bala.
Usai posesi Arya Wiraraja, persembahan hari jadi
Kabupaten Sumenep dilanjutkan dengan pagelaran Sendratari, dengan tema “Sumenep
Mutiara tiga jaman”. Rangkaian acara peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep, diakhiri
dengan Pawai Seni dan Budaya dari 14 Kabupaten se-Jawa. Timur, yang ikut dalam
Festival Kesenian Pesisir Utara (FKPU) yang ditempatkan di Sumenep.
"Kabupaten Sumenep mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah Festival Kesenian Pesisir Utara (FKPU) 2014, sehingga 14 kabupaten yang ikut dalam FKPU ikut menyemarakkan prosesi peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep ke 745," kata Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, Minggu (2/11/2014).
"Kabupaten Sumenep mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah Festival Kesenian Pesisir Utara (FKPU) 2014, sehingga 14 kabupaten yang ikut dalam FKPU ikut menyemarakkan prosesi peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep ke 745," kata Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, Minggu (2/11/2014).
Busyro memaparkan, momen peringatan hari jadi kali ini
membuka kembali lembaran sejarah yang pernah dituliskan para pendahulu. Dengan momen peringatan hari jadi Kabupaten
Sumenep ke 745, masyarakat harus bisa mengambil hikmah dari pelajaran sejarah,
agar Kabupaten Sumenep menjadi 'The Soul of Madura Sumenep'.
Dikatakan, Kabupaten Sumenep mempunyai potensi
sumber daya alam yang luar biasa, temasuk kekayaan pariwisata. Ada beberapa
lokasi wisata yang ada di Kabupaten
Sumenep, yang sangat menarik untuk dikunjungi, seperti wisata religi, wisata
alam, serta wisata kesehatan di Pulau Giliyang.
"Kegiatan ini untuk mengenang dan memperingati
berdirinya Kabupaten Sumenep. Selain itu, juga untuk melestarikan budaya lokal,
dan memperknalkan budaya pesisir utara," timpal Febriyanto, Kepala Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Sumenep.
Sementara Budayawan Sumenep, Edy Setiawan, mengaku sangat puas dengan pagelaran budaya yang ditampilkan pada peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep ke 745. Menurutnya, pemerintah Kabupaten Sumenep dalam merayakan peringatan hari jadi kaliini, mampu mengeksplor semua kesenian tradisional yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Sumenep.
Sementara Budayawan Sumenep, Edy Setiawan, mengaku sangat puas dengan pagelaran budaya yang ditampilkan pada peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep ke 745. Menurutnya, pemerintah Kabupaten Sumenep dalam merayakan peringatan hari jadi kaliini, mampu mengeksplor semua kesenian tradisional yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Sumenep.
"Peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep kali ini
sangat memuaskan, karena pada peringatan kali ini, pemerintah mampu mengeksplor
kesenian taradisional yang masih ada ditengah-tengah masyarakat, sehingga
kesenian tradisional maupun budaya yang ada ditengah masyarakat, bisa ditonton
khalayak ramai,” pungkas Edy Setiawan.
Acara peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke 745,
mengambil tema Pesona Pulau Giliyang, di hadiri ribuan masyarakat dari berbagai
pelosok, serta puluhan turis mancanegara, seperti Spanyol, Belgia, Jerman,
Polandia, dan Amerika. Usai acara prosesi peringatan hari jadi, Bupati Sumenep
A. Busyro Karim, melepas kirab pawai budaya yang di ikuti 14 kabupaten di Jawa
Timur. (J88/F93)
GP Ansor Sukses Gelar Diklatsar
junaidi/maduraonline |
SUMENEP - Perjuangan seluruh pengurus
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Sumenep untuk mencetak kader NU yang
militan ternayata membuahkan hasil yang memuaskan. Buktinya, pengurus GP Ansor
telah berhasil melaksankan Kemah Bakti dan Diklatsar terhadap 551 Kader NU di
ujung timur pulau Madura ini. Acara yang berlangsung selama tiga hari, yakni
mulai dari 26-28 September itu bertujuan untuk menceta kader NU yang militant.
Menariknya, dalam acara
pembukaan Kemah Bakti dan Diklatsar yang dihelat di lapangan Sepakat Kecamatan
Lenteng, langsung dibuka oleh Bupati Sumenep A. Busyro Karim. Tidak hanya itu, orang
nomor di Kota Sumekar itu menjadi inspektur upacara pembukaan acara dimaksud.
Ketua GP Ansor Cabang Sumenep
Moh. Muhri mengatakan, digelarnya acara tersebut sebagai bentuk keperdulian NU
terhadap NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). ”Jadi, semua banser ini
sebagai benteng NKRI,” katanya
Selain itu, juga banser ini
nantinya akan menjadi benteng aqidah Ahlussannah waljamaah, yang saat ini sudah
banyak tercoreng dengan adanya gerakan golongan radikal. Bahkan, tugas Banser
tersebut juga akan menjadi benteng ulamak NU yang bersifat cultural. ”Kmai harap,
setelah ada kegiatan ini tidak hanya sebagai kegiatan seremonial saja,
melainkan harus ada tindak lanjut setelah sampai di PAC masing-masing,”
harapnya
Sementara Bupati Sumenep A.
Busyro Karim mengatakan, keberadaan
Banser telah banyak mewarnai kiprah bumi pertiwi. Banser selalu menjadi barisan
pertahanan dalam dinamika perjalanan bangsa. "Banser yang berdiri pada
tahun 1962 juga mempunyai peran penting dalam memberantas PKI dan antek-anteknya.
Banser merupakan benteng pertahanan ulama' dan mempertahankan NKRI tanpa
melihat atau golongan maupun agama." ujarnya. (88)
Petani Mulai Rasakan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Ilustrasi |
SUMENEP - Kelangkaan Pupuk Bersubsidi saat ini mulai dirasalan oleh masyarakat Kecamatan Ganding, Sumenep, Jawa Timur.
"Disini sangat sulit untuk mendapatkan pupuk, padahal sebentar lagi sudah musimnya memasang pupuk untuk tanaman jagung," kata salah satu warga Kecamatan Ganding, Sumenep, Jawa Timur, Hasimah.
Bahkan, walaupun ada pupuk bersubsidi itu, harganya diataa Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. "Kalaupun ada harganya diatas seratus ribu per satu saknya (50 Kg)," terang wanita yang berprofesi sebagai petani itu.
Sesuai HET harga pupuk bersubsidi itu Rp 90 per 50 Kg. Sementara dikalangan petani berkisar antara Rp 100 ribu sampai Rp 110 ribu per 50 Kg. "Ini bagi kami cukup membetatkan. Karena harganya sudah diluar batas normal," keluhnya.
Menurut Hasimah, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya harga tersebut, karena stok pupuk saat ini berkurang. Bahkan, banyak pupuk dari luar yang masuk ke daerahnya. "Yang saya dengar seperti itu. Namun pastinya kami kurang tahu juga," tukasnya. (D88/F93)
Langganan:
Postingan (Atom)