Minggu, 16 November 2014

Banyak Baleho Cakades Dinilai Langgar Aturan




SUMENEP - Memasuki pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahap ke II tahun 2014, banyak baleho Calon Kepala Desa yang langgar aturan.

Salah satunya baleho milik salah satu Cakades Desa Larangan, Kecamatan Ganding, Sumenep, Jawa Timur, membentang diatas jalan umum, tepatnya di simpang tiga pasar tradisional Kecamatan Ganding, Sumenep, Jawa Timur. Bahkan, ketinggian hanya berkusar 2-3 meter ke atas dari badan jalan.

Padahal secara aturan, posisi tersebut tidak diperbolehkan karena dapat mengganggu terhadap kenyamanan berlalu lintas. "Ini bukan cuma melanggar aturan. Namun juga membahayakan terhadap pengendara. Utamnya bagi truk atau poso bermuatan besar," kata salah satu warga kecamatan ganding yang enggan disebutkan namanya. 

Sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat, jadwal pelaksanaan pesta demokrasi untuk daerah Kecamatan Ganding, Sumenep, Jawa Timur, dan sekitarnya akan dilaksanakan pada tanggal 26 November 2014 mendatang. (J88/F93)

Pemkab Dinilai Kurang Respek

Transportasi Laut Kurang Memadai
SUMENEP – Minimnya transnportasi laut yang dimiliki Pemerintah Kabupaten(Pemkab) Sumenep membuat warga kepuluan kecewa. Pasalnya, puluhan rombonganJemaah haji asal kepuluan harus berdesak-desakan saat hendak belik kekampung halamnnya.
Pantauan Madura Online, sejumlah jemaah haji asal pulau Kangean memadatikapal Kapal Express Bahari, Kamis (6/11) sekitar pukul 06.30. Merekaterpaksa harus rela pulang ke kampung halamannya mengikuti kapal cepatdalam keadaan sangat terpaksa. Bahkan sejumlah penumpang rela beradadibagian atas kapal.
Padahal kondisi seperti itu sangat membahayakan terhadap keselamatan penumpang. Sebab, pada saat itu Kapal Express Bahari dinilai sebagai jalan alternatif,sebab Kapal Express Bahari merupakan satu-satunya angkutan transportasi laut yang bisa beroperasi. Sementara, kapal milik pemkab sumenep, informasinya masih dalam proses perbaikan, sehingga tidak bisa beroperasi sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Salah satu warga Pulau Kangean Taufiq memngatakan, dirinya megaku kecewaatas minimnya armada laut yang disediakan oleh pemerintah daerah. Bahkan,menurutnya, pemerintah setempat terkesan tutup mata atas kejadian tersebut. ”Persoalan seperti ini tidak hanya terjadi saat ini saja, bahkan seringterjadi utamanya saat cuaca lagi tidak bersahabat.” Katanya
Anehnya, lanjut Taufiq, walaupun pemrintah sudah mengetahui, namuan upayapemerintah untuk memnuhi transpoprtasi laut dinilai tidak proaktif. Salahstu contoh kecil, pengadaan transporati laut yang diencanakan dilakukanpada tahun 2014 hingga kini masih belum ada tanda-tanda akan dilakukan.Akibatnya, sejumlah warga kepuluan selalu menjadi korban. ”Jelas kamikecewa, karena yang seharusnya jemaah haji sampai di rumahnya, hingga kinimasih benyak yang tertahan di pelabuhan,” ungkapnya
Selian itu, lanjut Taufiq, seharunya jika memang pemkab mempunyai senergiyang tinggi untuk memberikan fasilitas bagi warga kepulauan, sebelum parajemaah haji asal kepulan datang, pemkab sudah menyedikan alat transportasikhusu. Sehingga rombingan jemaah haji dengan cepat sampai ke kampung halamannya.”Itu yang semestinya dilakukan, wong sudah tahu jika kapal milik pemkabmasih dalam perbaikan. Jika seperti ini kan sama halanya pemkab telahmenganak tirikan warga kepulauan,” terangnya
Manager Operasional Kapal Cepat Exspress Bahari Saperi Kartolo mengakuijika muatan Kapal Express Bahari sudah melebihi batas kewajaran. ”Kamiselaku opertoar tidak bisa berbuat banyak, karena mereka sudah lama didaratan dan tergesa-gesa ingin sampai di kampung halamnnya,” katanya.
Kednati demikian, pihaknya saat ini masih optimis, jika semua penumpang kapal Kapal Express Bahari selamat sampai ditujuan. Hal itu, dilihat daricuaca yang tidak terlalu membahayakan. ”Ukuran Kapal Express Bahari ini kantidak sebesar DBS, dan kami yakin seandainya DBS 1 biosa beroperasi,mungkin tidak akan terjadi seperti ini,” ungkapnya.
Semantara kapal DBS 1 yang biasa melayani angkutan dari pelabuhan kaliangetmenuju pulau kangean, saat ini masih belum bisa beroperasi. Sebab, kapalDBS 1 masih dalam tahap perbaikan. ”Informasinya yang diterima dariDirektur Tekhnis PT. Sumekar bahwa KM DBS 1 baru selesai di docking tanggal10 November ini. Sehingga untuk sementara waktu tidak beropeerasi,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sumenep Mohammad Fadilah melalui Kabid Laut dan Udara Choirani Argoto.
Tidak beroprasinya kapal DBS 1 langsung ditanggapi oleh komisi D DPRD Sumenep. Untuk mencari solusi persoalan itu, mereka langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak). Sidak langsung dipimpin oleh ketua komisi CDulsiam bersama beberapa anggota.
Politisi PKB itu menjelaskan saat menggelar sidak anggota komisi bertemudengan kepala Dishub (Dinas Perhubungan) Mohamad Fadillah. Dalam peretmuanitu anggota meminta Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)untuk mengalihkan pelayaran armada kapal.
Menurutnya, pengalihan rute pelayaran itu sangat perlu dilakukan.Mengingat, jumlah warga pulau kangean dan Sapekan yang yang berlumterangkut jumlahnya cukup banyak. Mayoritas adalah pengantar jamaah haji. ”Alhamdulillah, setelah memlui proses panjang akhirnya dari tiga armadayang biasa melayani rute pelayaran Kalianget Maslembu, bisa melayani tuteKalienget-Kangean. Sabtu kapal itu sudah bisa berangkat,” katanya. (J88/F93)

Asal - Usul Sejarah Kota Sumenep

Bekas Taman Pemandian Raja Tempo Dulu yang terletak
di Kecamtan Batuan Sumenep, Jawa Timur
Sumenep adalah nama Salah Satu Kabupaten Yang Berada Di Ujung Paling Timur Pulau Madura, yang sekaligus Merupakan Salah Satu Kadipaten Yang Paling Berpangaruh atas Lahirnya Kerajaan Majapahit. Tentu Berdirinya Kota Ini Tidak Luput Dari Salah Satu Nama Tokoh Yang Sangat Bijaksana Arya Wiraraja. Sebutan kata Sumenep sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam memaknainya.
Di kalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan kata Songennep. Mengingat sumber Pararaton adalah sumber tertua yang mencantum kata Songennep, makin menguatkan dugaan bahwa kata Songennep dikenal atau lahir lebih awal daripada sebutan Sumenep. Bukti-bukti yang mendukung antara lain :
1. Sebutan Songennep lebih banyak dipakai atau dikenal oleh sebagian besar penduduk
kabupaten Sumenep.
2. Pengarang buku sejarah dari Madura R. Werdisastro menggunakan istilah Songennep
seperti Babad Songennep
3. Penyebutan nama Sumenep yang muncul kemudian kurang populer di masyarakat
pedesaan Sumenep (80% dari jumlah penduduk kabupaten Sumenep tinggal di desa).Perubahan dari Songennep menjadi Sumenep.

Perubahan dari Songennep menjadi Sumenep terjadi pada masa penjajahan Belanda, permulaan abad XVIII (1705). Belanda sudah memulai peran dalam menentukan politik kekuasaan pemerintahan di Madura termasuk Sumenep.
Pada awal abad XVIII Belanda mengubah sebutan Songennep menjadi Sumenep, terbukti dengan adanya bterbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan nama Sumenep.
Perubahan tersebut didasari oleh beberapa hal, antara lain:
1. Menurut tata bahasa, hal ini dilakukan oleh Belanda untuk penyesuaian atau kemudahan
dalam pengucapan agar lebih sesuai dengan aksen Belanda. Bagi mereka lebih mudah mengucapkan Sumenep daripada melafalkan Songennep.
2. Untuk menanamkan penngaruhnya, pihak Belanda merasa perlu mengadakan perubahan
nama Songennep menjadi Sumenep. Sebagai komparasi nama kata Jayakarta diubah menjadi Batavia, dll.

Nama Sumenep menjadi baku di kalangan pemerintahan, karena setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, nama kabupaten ini disebut dengan nama kabupaten Sumenep.
Arti Kata Nama Songennep
Dalam kenyatannya menjadi jelas bahwa kata Songennep adalah nama asal pada masa kuno. Songennep menurut arti etimologis (asal-usul kata), yaitu :
1. Song berarti relung, geronggang (bahasa Kawi), Ennep berarti mengendap (tenang). Jadi, Songennep berarti lembah bekas endapan yang tenang.
2. Song berarti sejuk, rindang, payung. Ennep berarti mengendap (tenang).
Jadi, Songennep berarti lembah endapan yang sejuk dan rindang.
3. Song berarti relung atau cekungan. Ennep berarti tenang.
Jadi, Songennep berarti lembah, cekungan yang tenang atau sama dengan pelabuhan yang tenang.
Setelah menelaah sebutan Sonegennep dari arti katanya (etimologi). Beberapa pendapat yang berkembang di masyarakat Sumenep mengenai artian kata Songennep :
Songennep berasal dari kata-kata Moso ngenep.

Moso dalam bahasa Madura berarti lawan atau musuh, Ngenep berarti bermalam. Jadi, Songennep berarti lawan atau musuh menginap atau bermalam. Cerita mengenai asal-usul nama Songennep berdasarkan versi ini sangat popular di lingkungan masyarakat Sumenep.
Cerita atau pendapat ini dihubungkan dengan suatu peristiwa bersejarah di Sumenep tahun 1750, yaitu saat diserangnya dan didudukinya keraton Sumenep oleh Ke Lesap yang berhasil menaklukkan Sumenep dan selama 1/2 bulan tinggal di keraton Sumenep. Karena peristiwa tersebut, maka dinamakan Moso Ngenep yang artinya musuh bermalam. Cerita ini tentunya tidak benar, sebab kitab Pararaton yang ditulis tahun 1475-1485 sudah menuliskan nama Songennep. Ini berarti nama Songennep sudah lahir sebelum Ke Lesap menyerang Sumenep.
Songennep berasal dari kata-kata Ingsun Ngenep.

Ingsun artinya saya, sedangkan Nginep artinya bermalam. Jadi Songennep berarti saya bermalam. Pendapat ini kurang popular di kalangan rakyat dibandingkan dengan versi lainnya. Ada orang yang menghubungkan dengan peristiwa ini dengan kejadian 700 tahunyang lalu, ketika Raden Wijaya mengungsi ke Madura akibat dikejar-kejar Jayakatwang.
Kemudian berkembang di kalangan masyarakat.

Pendapat-pendapat kependekan asal kata Songennep, seperti Songennep berasal dari kata Ngaso Nginep, Songennep berasal dari kata Lesso Nginep, Songennep berasal dari kata Napso Nginep. Pendapat ini hanya sekedar permainan kata yang tidak didukung dengan peristiwa yang melatar belakanginya.
Asal Usul Berdirinya Kabupaten Sumenep (Kadipaten Sumenep)
Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari, dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumenep.

Sumber prasasti yang dapat dijadikan sebagai rujukan adalah prasasti berikut ini :
1. Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M.
2. Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M.
3. Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M.
4. Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.

Sedangkan sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, adalah manuskrip berikut :
1. Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M.
2. Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M.
3. Kidung Harsa Wijaya.
4. Kidung Ranggalawe.
5. Kidung Pamancangan.
6. Kidung Panji Wijayakramah.
7. Kidung Sorandaka.

Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.
Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M.

Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
Sumber : kacoengsongenep.blogsprot.com

Mengenal Kabupaten Sumenep


Kabupaten Sumenep berada di ujung paling timur Pulau Madura dengan luas wilayah 2.093.457.573 km2, luas perairan 50.000 km2, serta jumlah penduduk 1.069.928, yang terbagi atas 126 Pulau dan secara administratif Kabupaten Sumenep mempunyai 27 kecamatan terdiri dari 19 di daratan dan 8 di Kepulauan dengan kaya potensi sumber daya alamnya
Sumenep jaman dahulu diperintah oleh seorang Raja. Ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep. Dan, sekarang ini telah dipimpin oleh seorang Bupati. Ada 14 Bupati yang telah memerintah Kabupaten Sumenep.  Arya Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi Kerajaan Singasari yang dilantik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang sekaligus menjadi dasar penetapan hari jadi Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2012 Kabupaten Sumenep akan berusia 743 tahun.
Sebutan kata Sumenep sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam memaknainya. Dikalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat Kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan Songennep.
Perubahan nama Songennep menjadi Sumenep terjadi pada masa penjajahan Belanda, permulaan abad XVIII (1705M), terbukti dengan banyaknya buku-buku karangan atau terbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan Sumenep. Nama Sumenep menjadi baku di kalangan pemerintahan karena setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, nama Kabupaten
Sumenep disebut dengan nama Kabupaten Sumenep.

Menurut arti etimologis (asal-usul kata) Songennep berasal dari kata Song yang berarti relung, geronggang (bahasa kawi) dan Ennep yang berarti mengendap (tenang). Jadi Songennep berarti lembah bekas endapan yangtenang. Menurut Dr. Adi Sukadana (Antropolog) berdasarkan penelitian-penelitiannya di Madura, pemukiman awal di Madura terdapat di bagian tengah (punggung) pulau Madura yang umumnya terdiri dari pegunungan atau bukit- bukit kecil.
Sedang daerah-daerahyang terletak di dataran rendah(termasuk wilayah Sumenep), padamasa lalu sebelum abad XIII masih tergenang oleh air laut (rawa-rawa). Baru pada abad XIII sesudah terjadi proses pengeringan rawa-rawa, daerah dataran rendah di Madura mulai dihuni. Jadi wilayah Sumenep pada masa itu sebagian besar terdiri dari tanah bekas endapan rawa. Oleh sebab itu wilayah ini dinamakan Songennep yang berarti lembah bekas endapan yang tenang.
Keadaan Geografis
Kabupaten Sumenep berada di antara 113° 32’54″ hingga 116° 16’48″ Bujur Timur dan 4° 55′ hingga 7° 24′ Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut:
>    Sebelah Utara Laut Jawa
>    Sebelah Selatan Selat Madura
>    Sebelah Timur Laut Jawa/Laut Flores
>    Sebelah Barat Kabupaten Pamekasan
Geografis wilayah Kabupaten Sumenep terbagi menjadi dua bagian, yaitu wilayah daratan dan kepulauan dengan masing-masing Bagian daratan luasnya 1.146,93 kilometer persegi atau sekitar 54,79%. Bagian daratan ini terbagi menjadi 18 (delapan belas) Kecamatan. Meskipun Kabupaten Sumenep dapat dibagi secara tegas yakni terdiri dari wilayah lautan dan daratan, akan tetapi diwilayah daratan tertentu masih ditemukan satu pulau kendati tidak terlampau besar. Wilayah dimaksud adalah Kecamatan Dungkek yang terdapat pulau Giliyang dan juga Kecamatan Talango yang terdapat pulau Poteran.
Sedangkan wilayah kepulauan luasnya 946,53 kilometer persegi atau sekitar Pulau-pulau ini yang berpenghuni sebanyak 48 pulau dan 78 pulau tidak berpenghuni. Berdasarkan Peraturan Bupati 45,21 %. Wilayah kepulauan meliputi 126 pulau. Sumenep Nomor 11 Tahun 2006 tentang Luas Wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Sumenep, telah ditetapkan 126 pulau bernama. Bagian kepulauan
terbagi atas 9 (sembilan) Kecamatan yaitu : kecamatan Giligenting, Talango,

Nonggunong, Gayam, Ra’as, Arjasa, Sapeken, Masalembu dan Kecamatan Kangayan. Kondisi tersebut, telah memperkaya sumber daya alam, baik yang terdapat di darat, laut dan udara, dalam bentuk keanekaragaman flora, fauna, sumber daya mineral dan sumber daya air yang diharapkan dapat didayagunakan secara optimal, bertanggungjawab dan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai gambaran terhadap kondisi geografis Pemerintah Kabupaten Sumenep, pulau paling utara adalah Pulau Karamaian yang termasuk wilayah Kecamatan Masalembu dengan jarak ± 151 mil laut dari Kecamatan Kalianget dan pulau paling timur adalah Pulau Sakala termasuk wilayah Kecamatan Sapeken dengan jarak +165 mil laut dari Kecamatan Kalianget.
Cuaca dan Iklim
Temperatur Kabupaten Sumenep pada tahun 2010 tertinggi dibulan April (34,4 °C) dan terendah di Bulan Juni (23,6 °C) dengan kelembapan 61,0 s/d 98 %. Tekanan udara tertinggi di Bulan Maret sebesar 1.014,8 milibar dan terendah di Bulan Desember 1,005,7 milibar. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi di Bulan Desember. Rata-rata penyinaran matahari terlama di Bulan Agustus dan terendah di bulan Pebruari. Sedangkan kecepatan angin di Bulan Juli merupakan yang tertinggi dan terendah di Bulan Desember.
Pembagian Wilayah Administrasi
Secara administrasi, wilayah Kabupaten Sumenep terbagi atas 27 (dua puluh tujuh) Kecamatan, 328 (tiga ratus dua puluh delapan) Desa dan 4 (empat) Wilayah Kelurahan. Kecamatan Arjasa yang terdapat di Pulau Kangean mempunyai luas Kecamatanterbesar yaitu 241,99 dengan jumlah Desa sebanyak 19 Desa dan Kecamatan yang luas kecamatannya terkecil yaitu Kecamatan Batuan dengan luas 27,10 dan terdiri atas 7 Desa.
Keberadaan Pariwisata dan Budaya
Kawasan pengembangan masing-masing jenis wisata yang ada di Kabupaten Sumenep antara lain catatan dibawah ini:
Pantai Lombang                           Kecamatan Batang-Batang
Pantai Slopeng                             Pantai Utara Daratan Sumenep
Rumah Kasurn Pasir Desa Leggung Timur, Legung Barat dan Dapenda                                         Kec. Batang-Batang
Pemandian Kermata                    Kecamatan Saronggi
Pemandian Batuan                       Kecamatan Batuan
Pemandian Kasengan                  Kecamatan Manding
Sumber Air Panas                        Kecamatan Batang-Batang
Gua Payudan                                Kecamatan Guluk-Guluk
Gue Koneng                                  Kecamatan Arjasa
Taman Laut Mamburit               Kecamatan Arjasa
Taman Laut Gili Labak               Kecamatan Talango
Taman Laut Saor                         Kecamatan Sapeken
Keraton Sumenep                       Kota Sumenep
Museum Sumenep                      Kota Sumenep
Masjid Agung                               Kota Sumenep
Asia Tinggi                                   Kota Sumenep
Asta Sayyid Yusuf                      Kecamatan Talango
Asta Panaongan
Asta Katandur                           Kota Sumenep
Asta Anggo Seto                        Kecamatan Saronggi
Asta Belingi                               Kecamatan Gayam
Asta Adipoday                           Kecamatan Gayam
Asta Jokotole                     Kecamatan Manding
Kerapan Sapi                      Kota Sumenep
Sentra Batik  Madura           Kecamatan Bluto
Sentra Perajin Keris             Kecamatan Saronggi
Sumber: RPJMD Kabupaten Sumenep 2011-2015
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Bagian Organisasi Sekda Kabupaten Sumenep, Tahun 2012. Yang dikutip oleh jawatimuran.WordPress.com.

Sejarah Kabupaten Sumenep

Berdirinya Kabupaten Sumenep mengacu pada pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep yang pertama.Artinya sebelum Arya Wiraraja dilantik menjadi Adipati Sumenep,belum ada penguasa lokal yang bergelar adipati.
Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan kerajaan Singosari,dengan penguasaannya Raja Kertanegara,sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan hari jadi Kabupaten Sumenep.Sumber prasasti yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan adalah prasasti berikut:
Prasasti Mua Manurung Dari Raja Wisnuwardhana yang berangka tahun 1255 M
Prasasti Kranggan ( Senggruh )  Dari Raja Kertanegara yang berangka tahun 1365 M
Prasasti Pakis Wetan Dari Raja Kertanegara yang berangka tahun 1267 M
Prasasti Sarwadharma Dari Raja Kertanegara yang berangka tahun 1269 M
Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah prasasti Sarwadharma yang lengkapnya

Berangka Tanggal 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singhasari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.
Keraton Sumenep
Keraton Sumenep
Keraton Sumenep

Bukti Sejarah Menurut Prasasti
Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat gunung wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan “makammanggalya” atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahanda Raja Wisnuwardhana. Hal ini disebabkan Wisnuwarrdhana telah meninggal tahun 1268 M.
wisata jawa timur
Arca Sumenep

Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjaadi daerah swatantra ( berhak mengurus dirinya sendiri ) dan lepas dari pengawasan wilayah dan bala tentara (nama wilayah / daerah saat itu di Singhasari) sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan, dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan pada tanggal 31 Oktober 1268 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang dipeingati setiap tahunnya dengan berbagai macam pementasan seni budaya “Hari Jadi Kabupaten Sumenep”. Sumber (pariwisatasumenep.com)

Penebangan Pohon Dinilai Tak Beraturan

Ilustrasi Buy Gogle
SUMENEP – Penebangan sejumlah pohon milik pemerintah sumenep dinilai tak beraturan. Pasalnya, penebangan itu dilakukan secara sebarangan.
Pantaun Madura Online, sejak akhir tahun 2013 yang lalu hingga penghujung tahun 2014 ratusan pohon milik pemerintah yang berada dipinggir jalan ditebang dengan cara tidak beraturan. Penebangan itu dilakukan rata-rata akibat pekerjaan proyek, baik perbaikan jalan maupun perbaikan saluran air (drainase).
Sepertihalnya yang terjadi di jalan dr. Cipto, Jalan Lingkar Barat, Jalan KH. Wahid Hasyim. Bahkan, di Jalan Trunojoyo tepatnya di Desa Gedungan, Kecamatan Saronggi, puluhan taman asuh yang dibangun pada tahun 2012 yang lalu, juga sudah nyaris rata dengan tanah.
Salah satu aktivis lingkungan hidup Abd Rahman mengatakan penebangan pohon yang terjadi selama ini mencerminkan bahwa tingkat kesadaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep untuk pelestarian lingkungan sangat rendah. "Amatan saya begitu, karena pemetintah daerah hanya terkesan bisa menanam, dan tidak tidak pernah melakukan perawatan," katanya.
Menurut Rahman, seharusnya pohon yang sudah berumur tahunan itu dilestarikan. Jikapun lahan yang ditempati diperlukan untuk fasilitas umum, pemerintah bisa memindahkannya ke lokasi lain yang tidak terkena dampak proyek.
”Kami bukannya sok tahu, namun faktanya dibawah memang yang ditebang itu rata-rata pohon yang sudah berumur puluhan tahun,” terangnya.
Lebih lanjut Rahman mengatakan, penebangan pohon itu sangat berpengaruh terhadap lingkungan, khususnya di Kota Sumenep. contoh konkritnya, kini lokasi pohon yang ditebang suasanya sudah panas. Padahal, sebelumnya cuacanya lebih sejuk.
Menurutnya, dibeberapa kota besar di Indonesia penebangan pohon sudah dihindari. Meskipun lokasi yang ditempati akan dijadikan sebagai fasilitas umum. Agar tidak menggangu, pohon itu dipindah ke lokasi lain.
”Kalau di Surabaya, pohon itu dicabut bersama akarnya kemudian dibungkus. Setelah proyek selesai, maka pohon itu akan ditanam di sekitarnya. Jika tidak ada lokasi lain, maka dupindah ke lokasi lain,” katanya.
Kabid Pengawasan dan penanggulangan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep Ernawan Utomo mengatakan, jika dirinya saaty ini tidak bisa memberikan komentar banyak. Sebab, persoalan itu tidak hanya kewenangan BLH. Melainkan, penebangan pohon itu tersebar di beberapa instansi. Salah satunya adalah berada di dinas yang memiliki proyek seperti PU Bina Marga dan PU Cipta Karya dan Tata Ruang. ”Memang kami bagian dari tim perijinan, namun untuk itu kami masih belum bisa memberikan komintar banyak,” katanya
Selain itu, lanjut Ernawan persoalan itu juga berada di bawah naungan badan pelayanan perizinan terpadu (BPPT) dan kantor kebersihan dan pertamanan (KKP). ”Kami komitmen untuk melestarikan lingkungan. Namun, itu bukan wewenang kami,” katanya. (J88/F93)

Nasib Keempat Ketua Komisi Ditentukan Hari Ini

SUMENEP – Meskipun fraksi Golkar dan fraksi Demokrat sudah sudah sepakat untuk mendistribusikan keanggotaaannya ke setiap komisi yang ada, namun polemic di internal dewan masih terus memanas. Bahkan, nasib keempat ketua komisi yang telah ditetapkan sebelumnya masih dalam kondisi stagnan.
Sebagaimana kita ketahui, jika keanggotaan dua fraksi minoritas dalam komisi disahkan dalam paripurna yang dilaksanakan Jum’at malam (14/11). Meski sempat diwarnai skrorsing dan interupsi dari peserta sidang, penetapan keanggotaan komisi berhasil di sahkan oleh pimpinan DPRD Herman Dali Kusuma.
Namun sayangnya, rapat itu tidak berhasil merampungkan pembentukan alat kelengkapan DPRD. Sebab rapat paripurna yang dilaksanakan pada malam hari kembali ditunda. Alasannya, waktu yang tersedia tidak cukup. Akibatnya, penetapan keangotaan badan kehormatan (BK) dan badan legislatif (Baleg) ditunda pada hari Senin (17/11) hari ini.
Bahkan dalam rapat paripurna yang akan digelar tersebut, juga sebagai penentu posisi keempat ketua komisi yang sebelumnya sudah disahkan dalam rapat paripurna.
Wakil Ketua DPRD Sumenep Moh. Hanafi menjelaskan, besar kemungkinan jika struktur komisi dimungkinkan akan dilakukan perombakan atau dikocok ulang.
Kendati demikian, untuk kepastiannya, dirinya masih menunggu pelaksanaan rapat paripurna yang akan digelar hari ini. ”Untuk saat ini kami masih beum bisa menentukan untuk itu, kita tunggu perkembangan saja dalam rapat paripurna nanti,” kata politisi demokrat itu.
Ditanya soal pendistribusian keanggotaan disetiap komisi untuk partai Demokrat, pihaknya mengatakan, jika mendistribusikan anggota sudah sesuai dengan hasil konsultasi dengan pemerintah provinsi. Sebab, mulai sejak awal jika fraksi partai berlambangkan bintang mercy itu, akan patuh dan mengikuti pentunjuk tersebut. ”Saat ini, untuk komisi A, B dan D kami menempatkan satu anggota. Namun untuk komisi C ada tiga orang,” terangnya.
Adanya pengkocokan ulang struktur komisi itu, juga dikatakan oleh Politisi Fraksi Golkar AF. Hari Ponto. Namun, untuk kepastiannya masih menunggu pelaksanaan paripurna.
Untuk pendistribusian keanggotaa komisi, fraksi partai tertua itu juga sepakat untuk melakukan pendistribusian kadernya ke setiap komisi yang ada. ”Anggota Fraksi Golkar sudah menyebar di setiap komisi, yakni satu orang disetiap komisi,” katanya.
Terpisah ketua DPRD Sumenep Herman Dali Kusuma membenarkan bahwa rapat dengan agenda penetapan kenggotaan komisi, badan legislatif (Baleg) dan badan kehormatan (BK) ditunda. Pasalnya, waktu yang tersdia tidak cukup untuk merampungkan semua pembahasan.
Dikatakan, lambannya pembahasan itu terjadi karena pembahasan penetapan keangotaan komisi berlangsung alot. Sebab, fraksi Golkar sempat tidak bersedia untuk mendistribusikan anggotanya secara merata. Ada satu komisi yang tidak mau diisi oleh golkar. Namun, akhirnya mereka bersedoa,” katanya. (D88/F93)

Kamtibmas Lenteng Sedang Tak Bersahabat

Anggota Polsek Lenteng sedang Olah TKP.
     SUMENEP - Kondisi Kamtibmas di Kecamatan Lenteng, saat ini lagi tidak bersahabat. Bahkan sejumlah masyarakat setempat akhir-akhir ini masih diresahkan maraknya aksi tindak pidana pencurian. 
Sepertihalnya yang dialami oleh Taufiq salah satu warga Desa Ellak Laok, Kecamatan Lenteng, rumahnya dibobol maling, Ahad, (16/11) sekitar pukul 2.30. Akibatnya, satu unit motor milik isterinya diembat maling. Tidak hanya itu, satu buah Laptop, satu buah HP (Hand Phone), satu buah lampu dan juga dua buah tabung gas (Lpg) juga ikut dibawa oleh pencuri.
”Kejadian itu sangat singkat, karena sejumlah warga yang mencoba mengejarnya, juga kehilangan jejak,” kata Syaiful salah satu warga setempat.
Dikatakan, pertama kalinya aksi pencurian itu diketahui oleh Dul Mannan mertua Taufiq. Pada saat itu, Dul Manna hendak mengambil wudhu' untuk shalat subuh. Karnea melihat pintu rumahnya dalam keadaan terbuka, maka Dul Mannan memanggil isteri Taufiq yang sedang tertidur pulas di kamarnya.
Namun alangkah terkejutnya, setelah isteri Taufiq bangun dan melihat motornya yang biasa diparkir di dalam rumahnya itu sudah tidak ada. Sehingga isteri Taufiq dengaan tidak sengaja langsung berteriak maling. Selain itu, isteri Taufiq langsung menghubungi suaminya yang pada saat itu sedang berada diliar rumah.
Setelah Taufiq mendengar kabar dari isterinya itu, dirinya langsung melaporkan tindakan itu ke pihak keamanan setempat. "K. Taufiq tadi pagi langsung melaporkan kejadian itu ke polsek lenteng," lanjut Syaiful.
Tidak lama kemudian, sejumlah petugas Polsek Lenteng langsung meninjau lokasi dan melakukan oleh TKP (Tempat Kejadian Perkara). ”Benar, kami telah mendapatkan laporan tentang hal itu (Pencurian di desa ellak laok). Dan saya sudah menerjunkan anggota kami untuk oleh TKP,” kata Kaplres Sumenep AKBP Marjoko melalui Kapolsek Lenteng AKP Syakhrani kemarin.
Bahkan saat ini untuk mengetahui siapa dan motif aksi pencurian itu, pihak kepolisian polsek lenteng terus melakukan penyelidikan. ”Saat ini kami masih terus melakukan penyelidikan lebih lanjut,” terangnya
Sebagai langkah pripentif untuk menjaga keamanan diwilayah hukum mapolsek lenteng. Dirnya kedepannya akan terus melakukan patrol. Utamanya disetiap lokasi yang dinilai rawan terjadinya aksi tindak pidana pencurian itu. ”Kami setiap malam selalu berpatroli. Termsuk tadi malam sekitar pukul 2 dini hari kami masih di atas gunung di daerah Desa Kambingan,” ungkapnya.
Kendati demikian, pihaknya juga menghimbau agar masyarakt juga ikut berpartisipasi untuk menjaga keamanan. ”Jika suda ada geliat yang dinilai mencurigakan yang dilakukan oleh salah satu masyarkat maupun kelompok, silahkan saja laporkan pada kami. Biar kami bisa segera mencegahnya,” tukasnya. (D88/F93)