Selasa, 18 November 2014

Uji Coba Pertanian Organik Dinilai Gagal

Ilustrasi
SUMENEP – Uji coba pertanian organik yang dilakukan oleh Dinas Pertanan dan Tanaman Pangan (Disperta) Sumenep mendapat sorotan tajam dari kalngan dewan perwakilan rakyat (DPRD) setempat. Pasalnya, uji coba yang dilakukan sekitar akhir tahun 2013 yang lalu dinilai tidak membuahkan hasil.
Bahkan saat ini mayoritas petani di kabupaten sumenep masih tetap mengkonsumsi pupuk berbahan kimia. Sebab, mereka menilai penyerapan bagi tanaman, baik tanaman padi maupun tanam holtikultural lainnya lamban. ”Mayoritas disini masih mengunkan pupuk Urea (pupuk berbahan kimia). Karena saat meggunakan pupuk organik selalu gagal. Mungkin tanahnya yang tidak cocok,” kata salah satu petani asal Kecamatan Ganding Sahawi.
Untuk diketahui, sekitar diakhir tahun 2013 yang lalu, Disperta telah melakukan uji coba pupuk organik untuk tanaman padi dan jagung. Uji coba itu diletakkan di tiga kecamatan, diantaran Kecamtan Dasuk dengan komoditi Jagung dan Padi dan di Kecamtan Dungkek dengan komoditas Padi. Bahkan, pada saat panin raya, Disperta sengaja merayakannya. Hanya saja, upaya tersebut dinilai gagal.
Sebab, selain adanya program itu hanya terkesan buang-buang anggaran dan pencitraan semata, juga tidak bisa memberikan daya tarik untuk dapat merubah pola fikir petani sebelumnya. Sehingga, adanya uji coba tersebut dinilai tidak memberikan pencerahan masa depan petani yang lebih baik lagi.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumenep Juhari mengatakan, dalam pantauannya dilapangan, masih banyak petani yang msih mengkonsumsi pupuk bersubsidi itu. ”Walaupun sudah dilakukan uji coba, namun pola fikir petani masih tetap seperti dulu, yakni masih mengantungkan pada pupuk berbahan kimia,” katanya
Menurut Juhari, belum berubahnya pola fikir tersebut, disebabkan kurnagnya perhatian dari satker terkait. Sebab, saat ini petani masihbelum bisa membedakan manfaat dan kegunaan menggunakan pupuk organik pada tanman dan kesehatan. ”Kami kira, kalau hanya melaukan uji coba itu sangat mudah, namuan kalu tidak diimbangi dengan konsistensi perubahan yang dilakukan, maka uji coba itu percuma dilakukan,” terangnya.
Seharusnya, lanjut politisi PPP itu, jika salah satu SKPD sudah melakukan uji coba, maka SKPD tersebut melakukan tindak lanjut dnegan cara melakukan pendampingan terhadap masyarakat. Sehingga, dana yang telah digelontorkan oleh pemerintah tidak terkesan hanya dijadikan bancakan untuk meraup keuntungan semata.
”Kalau memang mempunyai tekat untuk membangkitkan petani yang lebih baik, itu harus dilakukan. Namun fakta dilapangan tidak. Malah setelah uji coba selesai, daerah itu langsung ditinggalkan begitu saja. kan kegiatan itu jadi percuma dilakukan,” ungkapnya dengan nada penuh kesal.
Sayanganya, Kepala Disperta Sumenep Bambang Heriyanto mengatakan, jika adanya luncuran program baru terebut sudah direspon baik dikalangan petani. Bahkan saat ini berdsarkan pantuannya, sudah banyak petani yang sudah beralih menggunakan pupuk organik.
Sebab, melihat dari hsil uji coba yang dilakukan, hasilnya lebih melimpah dibandingkan dnegan memakai pupuk yang banyak mengandung unsur kimia. ”Bayangkan, untuk tahap pertama saja setiap hektarnya bisa menghasilakan sebanyak 8-9 kwintal. Sedangkan  jika memakai pupuk kimia diperkirkan hanya bisa menghasilkan sebanyak 4-5 kwintal setiap hektarnya,” katanya.
Selain itu, lanjut Bambang, pengunaan pupuk berkimia itu, dinilai dapat mematikan hultikultural tanah. Sehingga, mengakibatkan kesuburan tanah semakin berkurng, hingga pada akhirnya menjadi tanah mati. ”Ini merupakan langkah kami agar petani tetap bisa berproduksi kedepannya,” terangnya. (D88/F93)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar